Thursday, July 25, 2013

Apa itu Anemia

Anemia atau kurang darah adalah kondisi di mana jumlah sel darah merah atau hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang berperan dalam mengangkut oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. 

Gejala Anemia
Akibat dari anemia adalah transportasi sel darah merah akan terganggu dan jaringan tubuh si penderita anemia akan mengalami kekuranga oksigen guna mengahasilkan energi. Maka tidak mengeherankan jika gejala anemia ditunjukan dengan merasa cepat lelah, pucat, gelisah, dan terkadang sesak. Serta ditandai dengan warna pucat di beberapa bagian tubuh seperti lidah dan kelopak mata.

Penyebab umum dari anemia antara lain; kekurangan zat besi, pendarahan usus, pendarahan, genetik, kekurangan vitamin B12, kekuarangan asam folat, gangangguan sunsum tulang.

Gejala Anemia (Kurang Darah)


Berikut adalah beberapa tanda yang menunjukkan bahwa Anda mengalami anemia, seperti dilansir Boldsky.

1. Kelopak Mata Pucat

Sangat mudah untuk mendeteksi anemia dengan melihat mata. Ketika Anda meregangkan kelopak mata dan memperhatikan bagian bawah mata. Anda akan melihat bahwa bagian dalam kelopak mata berwarna pucat.

2. Sering Kelelahan

Jika Anda merasa lelah sepanjang waktu selama satu bulan atau lebih, bisa jadi Anda memiliki jumlah sel darah merah yang rendah. Pasokan energi tubuh sangat bergantung pada oksidasi dan sel darah merah Semakin rendah sel darah merah, tingkat oksidasi dalam tubuh ikut berkurang.

3. Sering Mual

Mereka yang menderita anemia seringkali mengalami gejala morning sickness atau mual segera setelah mereka bangun dari tempat tidur.

4. Sakit kepala

Orang yang mengalami anemia sering mengeluh sakit kepala secara terus-menerus. Kekurangan darah merah membuat otak kekurangan oksigen. Hal ini sering menyebabkan sakit kepala.

5. Ujung Jari Pucat

Ketika Anda menekan ujung jari, daerah itu akan berubah jadi merah. Tetapi, jika Anda mengalami anemia, ujung jari Anda akan menjadi putih atau pucat.

6. Sesak napas

Jumlah darah yang rendah menurunkan tingkat oksigen dalam tubuh. Hal ini membuat penderita anemia sering merasa sesak napas atau sering terengah-engah ketika melakukan aktivitas sehari-hari seperti berjalan.

7. Denyut Jantung Tidak Teratur

Palpitasi adalah istilah medis untuk denyut jantung tidak teratur, terlalu kuat atau memiliki kecepatan abnormal. Ketika tubuh mengalami kekurangan oksigen, denyut jantung meningkat. Hal ini menyebabkan jantung berdebar tidak teratur dan cepat.

8. Wajah Pucat

Jika Anda mengalami anemia, wajah Anda akan terlihat pucat. Kulit juga akan menjadi putih kekuningan.

9. Rambut rontok

Rambut rontok bisa menjadi gejala anemia. Ketika kulit kepala tidak mendapatkan makanan yang cukup dari tubuh, Anda akan mengalami penipisan rambut dengan cepat.

10. Menurunnya Kekebalan Tubuh

Ketika tubuh Anda memiliki energi yang sangat sedikit, kekebalan atau kemampuan tubuh untuk melawan penyakit ikut menurun. Anda akan mudah jatuh sakit atau kelelahan.

Penyebab & Faktor Risiko


Darah terdiri dari plasma dan sel. Ada tiga jenis sel darah:

  1. Sel darah putih (leukosit). Sel darah ini berguna untuk melawan infeksi.
  2. Platelets / keping darah. Sel darah ini membantu membekukan darah saat terluka.
  3. Sel darah putih (eritrosit). Sel darah merah ini membawa oksigen dari paru-paru melalui aliran darah menuju otak dan organ serta jaringan lain.

Tubuh memerlukan suplai oksigen untuk berfungsi. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang merupakan protein yang kayak dengan zat besi yang memberikannya warna merah.

Banyak sel darah diproduksi oleh sumsum tulang belakang. Untuk dapat memproduksi sel darah merah dan hemoglobin, tubuh anda membutuhkan zat besi, mineral, protein dan vitamin lainnya dari makanan yang anda makan.

Penyebab Anemia (Kurang Darah)


Anemia terjadi ketika tubuh memproduksi terlalu sedikit sel darah merah, kehilangan terlalu banyak sel darah merah atau mematikan sel darah merah lebih banyak daripada menggantinya. Beberapa jenis anemia dan penyebabnya adalah:

Iron deficiency anemia
Penyebab anemia jenis ini adalah kekurangan zat besi di tubuh. Sumsum tulang membutuhkan zat besi untuk membuat hemoglobin. Tanpa zat besi yang cukup, tubuh tidak akan memproduksi cukup hemoglobin untuk sel darah merah.

Vitamin deficiency anemia
Sebagai tambahan dari zat besi, tubuh juga membutuhkan folat dan vitamin B-12 untuk menghasilkan cukup sel darah merah. Asupan makanan yang rendah zat tersebut dan nutrisi penting lain dapat menyebabkan penurunan produksi sel darah merah. Sebagai tambahan, beberapa orang tidak dapat dengan efektif menyerap vitamin B-12.

Anemia of chronic disease
Penyakit kronis tertentu, contohnya kanker dan HIV/AIDS. Dapat mempengaruhi produksi sel darah merah, menghasilkan anemia kronis. Gagal ginjal juga dapat menyebabkan anemia.

Aplastic anemia
Jenis ini sangat jarang terjadi dan merupakan kondisi yang mengancam jiwa. Ini disebabkan oleh berkurangnya kemampuan sumsum tulang belakang untuk menghasilkan ketiga jenis sel darah. Penyebabnya tidak diketahui.

Anemias associated with bone marrow disease
Kondisi seperti leukemia dan myelodysplasia dapat menyebabkan anemia yang menyebabkan produksi darah di sumsum tulang belakang berkurang.

Hemolytic anemias
Ini terjadi ketika sel darah merah hancur lebih cepat dan sumsum tulang belakang tidak mampu mengimbanginya dengan menghasilkan sel darah merah pengganti. Penyakit tertentu seperti gangguan pada darah dapat menjadi penyebab. Serta gangguan autoimun tubuh dapat menyebabkan tubuh menghasilkan antibodi terhadap sel darah merah sehingga menghancurkan sel darah merah.

Sickle cell anemia
Jenis anemia ini disebabkan oleh kecacatan bentuk hemoglobin yang membuat sel darah merah terbentuk seperti sabit. Sel darah merah ini mati secara prematur dan menyebabkan kondisi kronis kurangnya sel darah merah.

Anemia lain
Anemia jenis ini berbeda dari yang lain, antara lain thalassemia dan anemia yang disebabkan oleh kecacatan hemoglobin.

Faktor risiko terkena anemia


Beberapa faktor yang mungkin meningkatkan peluang terjadinya anemia antara lain:

  • Rendahnya asupan gizi pada makanan.
  • Gangguan kesehatan usus kecil atau operasi yang berkenaan dengan usus kecil.
  • Menstruasi.
  • Kehamilan.
  • Kondisi kronis seperti kanker, gagal ginjal atau kegagalan hati.
  • Faktor keturunan.

Infeksi tertentu seperti gangguan pada darah dan autoimun, terkena racun kimia, dan menggunakan beberapa obat yang berpengaruh pada produksi sel darah merah dan menyebabkan anemia.

Risiko lain adalah diabetes, alkohol dan orang yang menjadi vegetarian ketat dan kurang asupan zat besi atau vitamin B-12 pada makanannya.

Pencegahan Penyakit Anemia


Banyak jenis anemia tidak dapat dicegah. Tapi anda dapat membantu menghindari iron deficiency anemia dan vitamin deficiency anemias dengan makanan sehat yang mengandung:

1. Zat besi

Dapat ditemukan pada daging. Jenis lain adalah kacang, sayuran berwana hijau gelap, buah yang dikeringkan, dan lain-lain.

2. Folat

Dapat ditemukan pada jeruk, pisang, sayuran berwarna hijau gelap, kacang-kavangan, sereal dan pasta.

3. Vitamin B-12

Vitamin ini banyak terdapat pada daging dan susu.

4. Vitamin C

Vitamin C membantu penyerapan zat besi. Makanan yang mengandung vitamin Cantara lain jeruk, melon dan buah beri.

Makanan yang mengandung zat besi penting untuk mereka yang membutuhkan zat besi tinggi seperti pada anak-anak, wanita menstruasi dan wanita hamil. Zat besi yang cukup juga penting untuk bayi, vegetarian dan atlet.

Wednesday, July 24, 2013

Apa itu Aspergilosis

Aspergillosis adalah nama yang diberikan untuk berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh jamur dari genus Aspergillus. Bentuk yang paling umum adalah alergi bronchopulmonary aspergillosispulmonary aspergilloma dan serbuan aspergillosis. Kebanyakan manusia menghirup spora Aspergillus setiap hari, namun aspergillosis umumnya hanya berkembang pada individu yang immunocompromised (imun rendah), kebanyakan jenis jamur Aspergillus yang paling umum menyerang adalah Aspergillus fumigatus.
Gejala
Adanya bola jamur di paru-paru mungkin tidak menimbulkan gejala dari luar dan dapat ditemukan hanya dengan x-ray dada. Serbuan pesat infeksi Aspergillus di paru-paru sering menyebabkan batuk, demam, sakit dada, dan kesulitan bernapas. Jika pengidap batuk, maka  bentuknya: batuk berdarah berulang dan kadang-kadang parah, bahkan fatal, dan menimbulkan banyak pendarahan.
Aspergillosis mempengaruhi jaringan bagian tubuh. Gejala lainnya termasuk badan terasa panas dingin, tubuh bergetar, mengigau saat demam, dan beku darah. Juga dapat berkembang menjadi gagal ginjal, gagal hati (menyebabkan sakit kuning), dan kesulitan bernapas. Kematian dapat terjadi dengan cepat.
Aspergillosis di kanal telinga menyebabkan gatal dan kadang-kadang sakit. Cairan telinga yang keluar saat tidur malam mungkin  meninggalkan noda pada bantal. Aspergillosis padasinuses menyebabkan kemacetan dan rasa sakit atau kadang-kadang mengeluarkan cairan (discharge?).

Diagnosis

X-ray dan perhitungan tomography di dada pada  memanisfetasikan udara dengan tanda bulan sabit. Terhadap pasien hematologic dengan invasi aspergillosis dapat dilakukan tes galactomannan.
Pengobatan
Obat-obatan amphotericin B, caspofungin, flucytosine, itraconazole, voriconazole digunakan untuk mengobati infeksi jamur ini. Untuk kasus serbuan parah aspergillosis, terapi kombinasi dari voriconazole dan caspofungin disarankan sebagai obat garis depan untuk perawatan.

Apa itu Sindrom Down

Apa itu sindrom Down?
Down syndrome (juga disebut trisomi 21) adalah kelainan genetik yang terjadi pada sekitar 1 dari 800 kelahiran hidup. Ini adalah penyebab utama penurunan kognitif. Sindrom Down dikaitkan dengan ringan sampai sedang kesulitan belajar , keterlambatan perkembangan, fitur wajah karakteristik, dan otot rendah pada awal masa bayi. Banyak orang dengan sindrom Down juga memiliki cacat jantung, leukemia , awal-onset Alzheimer's disease , gastro-intestinal masalah, dan masalah kesehatan lainnya. Gejala-gejala sindrom Down berkisar dari ringan sampai parah.

Fisik fitur dan masalah medis yang terkait dengan sindrom Down dapat sangat bervariasi dari anak ke anak. While some kids with DS need a lot of medical attention, others lead healthy lives. Sementara beberapa anak-anak dengan DS membutuhkan banyak perhatian medis, yang lain menjalani kehidupan yang sehat.
Harapan hidup bagi individu dengan sindrom Down memiliki secara dramatis meningkat selama beberapa dekade terakhir sebagai perawatan medis dan inklusi sosial telah membaik. Seseorang dengan sindrom Down dalam kesehatan yang baik akan rata-rata hidup sampai usia 55 atau lebih.
Sindrom Down ini dinamai Dokter Langdon Down, yang pada tahun 1866 pertama kali menggambarkan sindrom sebagai gangguan. Meskipun Dokter Down membuat beberapa pengamatan penting tentang sindrom Down, ia tidak benar mengidentifikasi apa yang menyebabkan gangguan tersebut. Ia tidak sampai 1959 bahwa ilmuwan menemukan asal usul genetik dari sindrom Down.

Apa dasar kromosom sindrom Down?
Gen pada tambahan salinan kromosom 21 bertanggung jawab atas semua karakteristik yang terkait dengan sindrom Down. Biasanya, setiap sel manusia mengandung 23 pasang kromosom yang berbeda. Setiap kromosom membawa gen, yang dibutuhkan untuk pengembangan yang tepat dan pemeliharaan tubuh kita. Pada konsepsi, seorang individu mewarisi 23 kromosom dari ibu (melalui sel telur) dan 23 kromosom dari ayah (melalui sel sperma).
Namun, kadang-kadang seseorang mewarisi kromosom ekstra dari salah satu orang tua. Dalam sindrom Down, seorang individu yang paling sering mewarisi dua salinan kromosom 21 dari ibu dan satu kromosom 21 dari bapak untuk total tiga kromosom 21. Karena sindrom Down disebabkan oleh warisan tiga kromosom 21, gangguan ini juga disebut trisomi 21. Sekitar 95% dari individu dengan sindrom Down mewarisi kromosom ekstra seluruh 21.
Sekitar 3% sampai 4% dari individu dengan sindrom Down tidak mewarisi kromosom ekstra seluruh 21, tapi hanya beberapa ekstra kromosom 21 gen, yang melekat pada kromosom lain (biasanya kromosom 14). Sebagian besar waktu, translokasi merupakan peristiwa acak selama pembuahan. Namun dalam beberapa hal, orang tua adalah pembawa translokasi yang seimbang: Orang tua memiliki tepat dua salinan kromosom 21, tetapi beberapa gen didistribusikan ke kromosom lain. Jika bayi mewarisi kromosom dengan gen tambahan dari kromosom 21, maka si anak akan memiliki sindrom Down (dua kromosom 21 plus ekstra kromosom 21 gen yang melekat pada kromosom lain).
Sekitar 2% sampai 4% orang dengan sindrom Down mewarisi gen tambahan dari kromosom 21, tapi tidak di setiap sel tubuh. Hal ini dikenal sebagai mosaik sindrom Down. Individu ini mungkin, misalnya, telah mewarisi gen dari kromosom 21 ekstra dalam sel otot mereka, tetapi tidak pada jenis sel lain. Karena persentase sel dengan gen dari kromosom 21 ekstra bervariasi pada orang dengan mosaik sindrom Down, mereka sering tidak memiliki semua karakteristik fisik yang khas dan mungkin tidak sebagai intelektual sangat terganggu sebagai orang dengan penuh trisomi 21. Kadang-kadang, mosaik sindrom Down sangat ringan bahwa hal itu akan tidak terdeteksi. Di sisi lain, mosaik Down syndrome juga dapat misdiagnosed sebagai trisomi 21, jika tidak ada tes genetik telah dilakukan.

Apa Penyebab Ini?
Normally, at the time of conception a baby inherits genetic information from its parents in the form of 46 chromosomes: 23 from the mother and 23 from the father. Biasanya, pada saat pembuahan bayi mewarisi informasi genetik dari orang tua dalam bentuk 46 kromosom: 23 dari ibu dan 23 dari ayah. In most cases of Down syndrome, a child gets an extra chromosome 21 — for a total of 47 chromosomes instead of 46. Dalam sebagian besar kasus sindrom Down, seorang anak mendapat ekstra kromosom 21 - untuk total 47 kromosom, bukan 46. It's this extra genetic material that causes the physical features and developmental delays associated with DS. It's ini materi genetik tambahan yang menyebabkan ciri-ciri fisik dan keterlambatan perkembangan yang berhubungan dengan DS.
Although no one knows for sure why DS occurs and there's no way to prevent the chromosomal error that causes it, scientists do know that women age 35 and older have a significantly higher risk of having a child with the condition. Meskipun tidak ada yang tahu pasti mengapa DS terjadi dan tidak ada cara untuk mencegah kesalahan kromosom yang menyebabkan itu, para ilmuwan tahu bahwa perempuan usia 35 dan lebih tua memiliki risiko lebih tinggi memiliki anak dengan kondisi tersebut. At age 30, for example, a woman has about a 1 in 900 chance of conceiving a child with DS. Pada usia 30, misalnya, seorang wanita memiliki sekitar 1 dari 900 kesempatan untuk hamil anak dengan DS. Those odds increase to about 1 in 350 by age 35. Mereka peluang meningkat menjadi sekitar 1 dalam 350 usia 35. By 40 the risk rises to about 1 in 100. Dengan 40 risiko meningkat sampai sekitar 1 dalam 100.

Bagaimana umum adalah sindrom Down?

sindrom Down terjadi pada sekitar 1 dari 740 bayi baru lahir. 

Apa perubahan genetik yang berhubungan dengan sindrom Down?

Sebagian besar kasus sindrom Down hasil dari 21 trisomi, yang berarti setiap sel dalam tubuh memiliki tiga salinan kromosom 21 bukan dua biasa salinan. Bahan genetik tambahan mengganggu perkembangan normal, menyebabkan ciri-ciri sindrom Down.
Sebagian kecil orang dengan sindrom Down memiliki tambahan salinan kromosom 21 hanya dalam beberapa sel-sel tubuh. Dalam orang-orang ini, kondisi ini disebut sindrom Down mosaik.
Down syndrome juga dapat terjadi ketika bagian dari kromosom 21 menjadi terlampir (translokasi) ke kromosom lain selama pembentukan sel-sel reproduktif (telur dan sperma) atau sangat awal perkembangan janin. orang yang terkena dampak memiliki dua salinan kromosom 21, ditambah bahan tambahan dari kromosom 21 melekat pada kromosom lain. individu yang terkena dampak dengan perubahan genetik dikatakan memiliki sindrom Down translokasi.

Sindrom Down dapat diwariskan?

Sebagian besar kasus sindrom Down tidak mewarisi. Bila kondisi ini disebabkan oleh trisomi 21, kelainan kromosom terjadi sebagai peristiwa acak selama pembentukan sel-sel reproduksi. kelainan yang biasanya terjadi di sel telur, tapi kadang-kadang terjadi pada sel-sel sperma. Kesalahan dalam pembelahan sel yang disebut hasil nondisjunction dalam sel reproduksi dengan jumlah abnormal kromosom. Sebagai contoh, sebuah sel telur atau sperma bisa memperoleh tambahan salinan kromosom 21. Jika salah satu sel reproduksi atipikal berkontribusi susunan genetik seorang anak, anak akan memiliki ekstra kromosom 21 di setiap sel-sel tubuh.
Mosaic Down syndrome juga tidak diwariskan. Itu terjadi sebagai peristiwa acak selama pembelahan sel dalam perkembangan janin. Akibatnya, beberapa sel-sel tubuh memiliki dua salinan biasa kromosom 21, dan sel-sel lain memiliki tiga kopi dari kromosom ini.
Translokasi Down syndrome dapat diwariskan. Orang yang terpengaruh dapat membawa penyusunan kembali materi genetik antara kromosom 21 dan kromosom lain. penataan ini disebut translokasi seimbang karena tidak ada bahan tambahan dari kromosom 21. Meskipun mereka tidak memiliki tanda-tanda sindrom Down, orang yang membawa jenis translokasi berimbang berada pada peningkatan risiko memiliki anak dengan kondisi tersebut.

Apa nama lain yang digunakan orang untuk Down syndrome?


  • Down's Syndrome
  • Trisomi 21
  • 47,XX,+21 47, XX, +21
  • 47,XY,+21 47, XY, +21



      • Semoga BErmanfaat 

Pasal-pasal dalam Kodeki

KODEKI


Pasal 1
Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dokter.

Pasal 2
Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi.

Pasal 3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.

Pasal 4
Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri.

Pasal 5
Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh persetujuan pasien.

Pasal 6
Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.

Pasal 7
Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya.

Pasal 7a
Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan medis yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.

Pasal 7b
Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan, dalam menangani pasien

Pasal 7c
Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien

Pasal 7d
Setiap dokten harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani.

Pasal 8
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan kepentingan masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif), baik fisik maupun psiko-sosial, serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya.

Pasal 9
Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN

Pasal 10
Setiap dokten wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien,ia wajib menujuk pasien kepada dokten yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.



Pasal 11
Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam masalah lainnya.

Pasal 12
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.

Pasal 13
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWAT

Pasal 14
Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.

Pasal 15
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dan teman sejawat, kecuali dengan persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis.

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRI

Pasal 16
Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.

Pasal 17
Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran/kesehatan

Semoga bermanfaat

Mengukut Berat Badan ideal pada bayi dan anak

Mengukur Berat Badan Ideal
     ®   Bayi (0 – 12 bulan)             ®   Anak (1 – 10 tahun)         ®   Remaja dan Dewasa
          BBI = (umur (bln) / 2 ) + 4)       BBI = (umur (thn) x 2)+8        BBI = (TB-100)-(TB-100)x10%
                                                                                                          Atau BBI = (TB-100)x90%

Kebutuhan Cairan                       Kebutuhan Kalori (kkal/KgBB/hari)
     10 x 100 = 1000                        Umur (thn)          : Pria                        :  Wanita
     10 x 50   =    500                       0 – 1                     : 110 – 120               :  110 - 120
     Sisa x20 =     . . .                        1 – 3                     : 100                         :  100
                                                       4 – 6                     : 90                           :  90
Makro drip = Tot. Cairan/100       6 – 9                     : 80 – 90                   :  60 – 80
Mikro drip  = Makro Drip x 4        10 – 14                 : 50 – 70                   :  40 – 55
                                                      14 – 18                 : 40 – 50                   :  40

Status Gizi
     BB/U   :
                 >120%        : Gizi lebih
                 80 – 120%  : Gizi baik
                 60 – 80%    : Tanpa edema à Gizi kurang
                                      Dengan edema à GB (kwashiorkor)
                 <60%          : GB   : Tanpa edema (marasmus)
                                               Dengan edema (Marasmus – Kwasiorkor)
     TB/U   :
                 90 – 100%  : Baik/Normal
                 70 – 80%    : Tinggi kurang
                 <70%          : Tinggi sangat kurang
     BB/TB :
                 >120%        : Obesitas
                 110 – 120%   :         Overwight
                 90 – 110%  : Normal
                 70 – 90%    : Gizi kurang
                 <70%          : Gizi buruk

Kriteria Artritis Reumatoid dari ACR / EULAR (American College of Rheumatology / European League Against Rheumatism ) Tahun 2010

Berikut kriteria Artritis Reumatoid dari ACR / EULAR (American College of Rheumatology / European League Against Rheumatism ) Tahun 2010
The 2010 American College of Rheumatology/European League Against Rheumatism classification criteria for rheumatoid arthritis

SCORE

Target population (Who should be tested?): Patients who
1) have at least 1 joint with definite clinical synovitis (swelling)*
2) with the synovitis not better explained by another disease†
Classification criteria for RA (score-based algorithm: add score of categories A–D;
a score of ≥ 6/10 is needed for classification of a patient as having definite RA)‡
A. Joint involvements
1 large joint
2 – 10 large joints
1 – 3 small joints (with or without involvement of large joints)#
4 – 10 small joints (with or without involvement of large joints)
≥ 10 joints (at least 1 small joint)**
B. Serology (at least 1 test result is needed for classification)††
Negative RF and negative ACPA
Low-positive RF or low-positive ACPA
High-positive RF or high-positive ACPA
C. Acute-phase reactants (at least 1 test result is needed for classification)‡‡
Normal CRP and normal ESR
Abnormal CRP or abnormal ESR
D. Duration of symptoms
> 6 weeks
≥6 weeks

1
1
1
1
1
0
1
2
3
5
1
0
2
3
1
0
1
0
1
1
Skor yang di dapat dari kriteria ACR/EULAR dapat dijadikan sebagai acuan untuk diagnosis Artritis rheumatoid, sebagai contoh : keterlibatan sendi besar (sendi bahu, siku, panggul, lutut dan tumit) 2-10 sendi besar skor  1, keterlibatan sendi kecil (ruas jari , pergelangan tangan dll) 1-3 sendi skor , RF atau ACPA positif rendah skor 2, gejala yang muncul lebih dari 6 minggu skor 1, Bila skor adalah ≥ 6menunjukkan adanya Artritis Reumatoid.

Apa itu Artritis gout

Arthritis pirai atau gout adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi.gout juga suatu istilah yang dipakai untuk sekelompok gangguan metabolik yang ditandai dengan meningkatnya konsentrasi asm urat ( hiperurisemia). Gout dapat bersifat primer maupun sekunder. Gout primer merupakan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan atau ekskresi asam urat yang berkurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat tertentu. Ada sejumlah faktor yang agaknya mempengaruhi timbulnya penyakit gout, termasuk diet, berat badan, dan gaya hidup. ( Misnadiarly, 2009 )
Arthritis pirai (gout) adalah penyakit yang sering ditemukan dan tersebar diseluruh dunia. Artitis pirai merupakan kelompok penyakit heterogen sebagai akibat deposisi Kristal monosodium urat pada jaringan atau akibat supersaturasi asam urat di dalam ekstraseluler. Manifestasi klinis deposisi urat meliputi artitis gout akut, akumulasi kristal pada jaringan yang merusak tulang, batu asam urat dan yang jarang adalah gagal ginjal. Gangguan metabolisme yang mendasarkan gout adalah hiperurisemia yang didefinisikan sebagai peninggian kadar urat lebih dari 7,0 ml/dl dan 6,0 mg/dl. ( Edward Stefanus, 2010 )
Gout merupakan penyakit dominan pada pria dewasa. Sebagai mana yang disampaikan oleh Hipocrates bahwa gout jarang pada pria sebelum masa remaja sedangkan pada wanita jarang sebelum menopause. Pada tahun 1986 dilaporkan prevalensi gout di Amerika Serikat adalah 13,6/1000 pria dan 6,4/1000 perempuan. Prevalensi gout bertambah dengan meningkatnya taraf hidup. Prevalensi diantara pria African American lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok pria Caucasian. ( Edward Stefanus, 2010 )
Di Indonesia belum banyak publikasi epidemiologi tentang artitis pirai (AP). Pada tahun 1935 seorang dokter kebangsaan belanda bernama Van der Horst telah melaporkan 15 pasien artitis pirai dengan kecacatan dari suatu daerah di Jawa Tengah. Penilaian lain mendapatkan bahwa pasien gout yang berobat rata-rata sudah mengidap penyakit selama lebih dari 5 tahun. Hal ini mungkin disebabkan banyak pasien gout yang mengobati sendiri. Satu study yang lama di Massachusetts mendapat lebih dari 1% dari populasi dengan kadar asam urat kurang dari 7 mg/100ml pernah mendapat serangan artitis gout akut.

Sendi merupakan suatu engsel yang membuat anggota tubuh dapat bergerak dengan baik, juga merupakan suatu penghubung antara ruas tulang yang satu dengan ruas tulang lainnya, sehingga kedua tulang tersebut dapat digerakkan sesuai dengan jenis persendian yang diperantarainya.
Sendi merupakan tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Sendi dapat dibagi menjadi tiga tipe, yaitu:
a.    Sendi fibrosa dimana tidak terdapat lapisan kartilago, antara tulang dihubungkan dengan jaringan ikat fibrosa, dan dibagi menjadi dua subtipe yaitu sutura dan sindemosis;
b.    Sendi kartilago dimana ujungnya dibungkus oleh kartilago hialin, disokong oleh ligament, sedikit pergerakan, dan dibagi menjadi subtipe yaitu sinkondrosis dan simpisis; dan
c.    Sendi sinovial. Sendi sinovial merupakan sendi yang dapat mengalami pergerakkan, memiliki rongga sendi dan permukaan sendinya dilapisi oleh kartilago hialin. Kapsul sendi membungkus tendon-tendon yang melintasi sendi, tidak meluas tetapi terlipat sehingga dapat bergerak penuh. Sinovium menghasilkan cairan sinovial yang berwarna kekuningan, bening, tidak membeku, dan mengandung lekosit. Asam hialuronidase bertanggung jawab atas viskositas cairan sinovial dan disintesis oleh pembungkus sinovial. Cairan sinovial mempunyai fungsi sebagai sumber nutrisi bagi rawan sendi.
Jenis sendi sinovial :
1)      Ginglimus : fleksi dan ekstensi, monoaxis ;
2)      Selaris : fleksi dan ekstensi, abd & add, biaxila ;
3)      Globoid : fleksi dan ekstensi, abd & add; rotasi sinkond multi axial ;
4)      Trochoid : rotasi, mono aksis ;
5)      Elipsoid : fleksi, ekstensi, lateral fleksi, sirkumfleksi, multi axis. Secara fisiologis sendi yang dilumasi cairan sinovial pada saat bergerak terjadi tekanan yang mengakibatkan cairan bergeser ke tekanan yang lebih kecil. Sejalan dengan gerakan ke depan, cairan bergeser mendahului beban ketika tekanan berkurang cairan kembali ke belakang. (Evelyn Pearce, 2010)
Tulang rawan merupakan jaringan pengikat padat khusus yang terdiri atas sel kondrosit, dan matriks. Matrriks tulang rawan terdiri atas sabut-sabut protein yang terbenam di dalam bahan dasar amorf. Berdasarkan atas komposisi matriksnya ada 3 macam tulang rawan, yaitu :
a.    tulang rawan hialin, yang terdapat terutama pada dinding saluran pernafasan dan ujung-ujung persendian;
b.    tulang rawan elastis misalnya pada epiglotis, aurikulam dan tuba auditiva; dan
c.    tulang rawan fibrosa yang terdapat pada anulus fibrosus, diskus intervertebralis, simfisis pubis dan insersio tendo-tulang. Kartilago hialin menutupi bagian tulang yang menanggung beban pada sendi sinovial. Rawan sendi tersusun oleh kolagen tipe II dan proteoglikan yang sangat hidrofilik sehingga memungkinkan rawan tersebut mampu menahan kerusakan sewaktu sendi menerima beban yang kuat. Perubahan susunan kolagen dan pembentukan proteoglikan dapat terjadi setelah cedera atau penambahan usia (Evelyn Pearce, 2010)
Anatomi-Fisiologi Sendi
Sebagian besar sendi kita adalah sendi sinovial. Permukaan tulang yang bersendi diselubungi oleh tulang rawan yang lunak dan licin. Keseluruhan daerah sendi dikelilingi sejenis kantong, terbentuk dari jaringan berserat yang disebut kapsul. Jaringan ini dilapisi membran sinovial yang menghasilkan cairan sinovial untuk “meminyaki” sendi. Bagian luar kapsul diperkuat oleh ligamen berserat yang melekat pada tulang, menahannya kuat-kuat di tempatnya dan membatasi gerakan yang dapat dilakukan,
Rawan sendi yang melapisi ujung-ujung tulang mempunyai mempunyai fungsi ganda yaitu untuk melindungi ujung tulang agar tidak aus dan memungkinkan pergerakan sendi menjadi mulus/licin, serta sebagai penahan beban dan peredam benturan. Agar rawan berfungsi baik, maka diperlukan matriks rawan yang baik pula. Matriks terdiri dari 2 tipe makromolekul, yaitu :
a.    Proteoglikan : yang meliputi 10% berat kering rawan sendi, mengandung 70-80% air, hal inilah yang menyebabkan tahan terhadap tekanan dan memungkinkan rawan sendi elastic
b.    Kolagen : komponen ini meliputi 50% berat kering rawan sendi, sangat tahan terhadap tarikan. Makin kearah ujung rawan sendi makin tebal, sehingga rawan sendi yang tebal kolagennya akan tahan terhadap tarikan
Disamping itu matriks juga mengandung mineral, air, dan zat organik lain seperti enzim. (Evelyn Pearce, 2010)
Kebanyakan orang tahu bahwa asam urat menyebabkan rasa nyeri, kaku, dan kadang-kadang pembengkakan pada sendi. Tapi, asam urat juga dapat mempengaruhi otot dan tendon (tempat otot melekat), yang mungkin tidak bengkak tetapi tetap sakit.

2.2    Definisi Artritis Pirai ( Gout )
Berikut ini pengertian Gout dari beberapa ahli, diantaranya:
a.    Artritis pirai ( Gout ) adalah kelompok penyakit heterogen sebagai akibat deposisi kristal monosodium urat pada jaringan atau akibat supersaturasi asam  urat didalam cairan ekstraselular. ( Edward Stefanus, 2010 )
b.    Gout merupakan kelainan metabolisme purin bawaan yang ditandai dengan peningkatan kadar asam urat serum dengan akibat penimbunan kristal asam urat di sendi.( Syamsuhidayat dan Wim de Jong, 2004 )
c.    Arthritis pirai atau gout adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi. ( Misnadiarly, 2009 )
d.   Arthritis gout adalah penyakit dimana terjadi penumpukan asam urat ( uric acid ) dalam tubuh secara berlebihan. ( VitaHealth, 2007 )

2.3    Etiologi Artritis Pirai ( Gout)
Faktor-faktor yang berpengaruh sebagai penyebab gout adalah:
a.       Faktor keturunan dengan adanya riwayat gout dalam silsilah keluarga
b.      Meningkatnya kadar asam urat karena diet tinggi protein dan makanan kaya senyawa purin lainnya. Purin adalah senyawa yang akan dirombak menjadi asam urat dalam tubuh
c.       Konsumsi alkohol berlebih, karena alkohol merupakan salah satu sumber purin yang juga dapat menghambat pembuangan urin melalui ginjal.
d.      Hambatan dari pembuangan asam urat karena penyakit tertentu, terutama gangguan ginjal. Pasien disarankan meminum cairan dalam jumlah banyak . minum air sebanyak 2 liter atau lebih tiap harinya membantu pembuangan urat, dan meminimalkan pengendapan urat dalam saluran kemih.
e.       Penggunaan obat tertentu yang meningkatkan kadar asam urat, terutama diuretika ( furosemid dan hidroklorotiazida )
f.       Penggunaan antibiotika berlebihan yang menyebabkan berkembangnya jamur, bakteri dan virus yang lebih ganas.
g.      Penyakit tertentu dalam darah ( anemia kronis ) yang menyebabkan terjadinya gangguan metabolism tubuh, missal berupa gejala polisitomia dan leukemia.
h.      Faktor lain seperti stress, diet ketat, cidera sendi, darah tinggi dan olahraga berlebihan.( VitaHealth, 2007 )

2.4    Faktor Resiko Artritis Pirai ( Gout )
Faktor resiko arthritis pirai antara lain:
a.       Riwayat keluarga atau genetic
b.      Asupan senyawa purin berlebih dalam makanan
c.       Konsumsi alkohol berlebihan
d.      Berat badan berlebihan ( obesitas )
e.       Hipertensi, penyakit jantung
f.       Obat-obatan tertentu ( terutama diuretika )
g.      Gangguan fungsi ginjal
h.      Keracunan kehamilan ( preeklampsia ) ( VitaHealth, 2007 )

2.5    Macam-macam Arthritis Pirai ( Gout )
Pembagian arthritis gout terdiri dari arthritis gout akut, interkritikal gout dan gout menahun dengan tofi. Ketiga stadium ini merupakan stadium yang klasik dan didapat deposisi progesif kristal urat.
a.    Stadium arthritis gout akut
Radang sendi pada stadium ini sangat akut dan yang timbul sangat cepat dalam waktu singkat. Pasien tidur tanpa ada gejala apa-apa, pada saat bangun pagi terasa sakit yang hebat dan tidak dapat berjalan. Biasanya bersifat monoartikuler dengan keluhan utama berupa nyeri, bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala sistemik berupa demam, menggigil dan merasa lelah. Lokasi yang paling sering pada MTP-1 yang biasanya disebut podagra. Apabila proses penyakit berlanjut, dapat terkena sendi lain yaitu pergelangan tangan atau kaki, lutut dan siku. Pada serangan akut yang tidak berat, keluhan-keluhan dapat hilang dalam beberapa jam atau hari. Pada serangan akut berat dapat sembuh dalam beberapa hari sampai beberapa minggu.
Faktor pencetus serangan akut antara lain berupa trauma local, diet tinggi purin, kelelahan fisik, stress, tindakan operasi, pemakaian obat diuretic, atau penurunan dan peningkatan asam urat. Penurunan asam urat darah secara mendadak dengan alopurinol atau obat urikosurik dapat menebabkan kekambuhan.
b.    Stadium interkritikal
Stadium ini merupakan kelanjutan dari stadium akut dimana terjadi periode interkritik asimptomatik. Walaupun secara klinik tidak didapatkan tanda-tanda radang akut namun pada aspirasi sendi ditemukan Kristal urat. Hal ini menunjukkan bahwa proses peradangan tetap berlanjut, walaupun tanpa keluhan. Keadaan ini dapat terjadi satu atau beberapa kali pertahun, atau dapat sampai 10 tahun tanpa serangan akut. Apabila tanpa penanganan yang baik dan pengaturan asam urat yang tidak benar, maka dapat timbul serangan akut lebih sering yang dapat mengenai beberapa sendi dan biasanya lebih berat. Manejemen yang tidak baik, maka keadaan interkritik akan berlanjut menjadi stadium menahun dengan pembentukan tofi.
c.    Stadium arthritis gout menahun
Stadium ini umumnya pada pasien yang melakukan pengobatan sendiri (self medication) sehingga dalam waktu lama tidak berobat secara teratur pada dokter. Arthritis gout menahun biasanya disertai tofi yang banyak dan terdapat poliartikular. To fi ini sering pecah dan sulit sembuh dengan obat, kadang-kadang dapat timbul infeksi sekunder. Pada tofus yang besar dapat dilakukan ekstirpasi, namun hasilnya kurang memuaskan. Lokasi tofi yang paling sering pada cuping telinga, MTP-1, olekranon, tendon Achilles dan jari tangan. Pada stadium ini kadang-kadang disertai batu saluran kemih sampai penyakit ginjal menahun.

2.6    Patogenesis Artritis Pirai ( Gout )
Awitan (onset) serangan gout akut berhubungan dengan perubahan kadar asam urat serum, meninggi ataupun menurun. Pada kadar urat serum yang stabil, jarang mendapat serangan. Pengobatan dini dengan alopurinol yang menurunkan kadar urat serum dapat mempresipitasi serangan Gout akut. Pemakaian alkohol berat pada pasien gout dapat menimbulkan fluktuasi konsentrasi urat serum.
Penurunan urat serum dapat mencetuskan pelepasan Kristal monosodium urat dari depositnya dalam tofi ( crystals shedding ). Pada beberapa pasien gout atau yang dengan hiperurisemia asimptomatik Kristal urat ditemukan pada sendi metatarsofalangeal dan lutut yang sebelumnya tidak pernah mendapat serangan akut. Dengan demikian, gout seperti juga pseudogout, dapat timbul pada keadaan asimptomatik. Pada penelitian didapat 21% pasien gout dengan asam urat normal. Terdapat peranan temperature, pH, dan kelarutan urat untuk timbul seranga gout akut. Menurunnya kelarutan sodium urat pada temperature lebih rendah pada sendi perifer seperti kaki dan tangan, dapat menjelaskan mengapa Kristal MSU diendapkan pada kedua tempat tersebut. Predileksi untuk pengendapan Kristal MSU pada metatarsofalangeal- 1 (MTP-1) berhubungan juga dengan trauma ringan yang berulang-ulang pada daerah tersebut.
Penelitian Simkin didapatkan kecepatan difusi molekul urat pada ruang sinovia kedalam plasma hanya setengah kecepatan air. Dengan demikian konsentrasi urat cairan sendi seperti MTP-1 menjadi seimbang dengan urat dalam plasma pada siang hari selanjutnya bila cairan sendi direabsorbsi waktu berbaring, akan terjadi peningkatan kadar urat local. Fenomena ini dapat menerangkan terjadinya awitan (onset) gout akut pada malam hari pada sendi yang bersangkutan. Keasaman dapat meninggikan nukleasi urat in vitromelalui pembentukan dari protonated solid phases. Walaupun kelarutan sodium urat bertentangan terhadap asam urat, biasanya kelarutan ini meninggi, pada penurunan pH dari 7,5 menjadi 5,8 dan pengukuran pH serta kapasitas buffer pada sendi dengan gout, gagal untuk menentukan adanya asidosis. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan pH secara akut tidak signifikan mempengaruhi pembentukan Kristal MSU sendi.
Peradangan atau inflamasi merupakan reaksi penting pada arthritis gout terutama pada gout akut.  Reaksi inni merupakan reaksi pertahanan tubuh non spesifik untuk menghindari kerusakan jaringan akibat agen penyebab. Tujuan dari proses inflamasi adalah:
a.    Menetralisir dan menghancurkan agen penyebab;
b.    Mencegah perluasan agen penyebab kejaringan yang lebih luas.
Peradangan pada arthritis gout akut adalah akibat penumpukan agen penyebab yaitu Kristal monosodium urat pada sendi. Mekanisme peradangan ini belum diketahui secara pasti. Hal ini diduga oleh peranan mediator kimia dan selular. Pengeluaran berbagai mediator peradangan akibat aktivasi melalui berbagai jalur, antara lain aktivitas komplemen (C) dan selular. ( Edward Stefanus, 2010 )

2.7    Patofisiologi arthritis pirai ( Gout )
Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan gout. Salah satunya yang telah diketahui peranannya adalah kosentrasi asam urat dalam darah. Mekanisme serangan gout akut berlangsung melalui beberapa fase secara berurutan.
a.    Presipitasi kristal monosodium urat.
Presipitasi monosodium urat dapat terjadi di jaringan bila kosentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di rawan, sonovium, jaringan para- artikuler misalnya bursa, tendon, dan selaputnya. Kristal urat yang bermuatan negatif akan dibungkus (coate) oleh berbagai macam protein. Pembungkusan dengan IgG akan merangsang netrofil untuk berespon terhadap pembentukan kristal.
b.    Respon leukosit polimorfonukuler (PMN)
Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaksis yang menimbulkan respon leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi fagositosis kristal oleh leukosit.
c.    Fagositosis
Kristal difagositosis olah leukosit membentuk fagolisosom dan akhirnya membram vakuala disekeliling kristal bersatu dan membram leukositik lisosom.
d.   Kerusakan lisosom
Terjadi kerusakn lisosom, sesudah selaput protein dirusak, terjadi ikatan hidrogen antara permukan kristal membram lisosom, peristiwa ini menyebabkan robekan membram dan pelepasan enzim-enzim dan oksidase radikal kedalam sitoplasma.
e.    Kerusakan sel
Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan kedalam cairan sinovial, yang menyebabkan kenaikan intensitas inflamasi dan kerusakan jaringan.
( Khaidir Muhaj, 2010 )

2.8    Pathway Artritis Pirai ( Gout )
Terlampir

2.9    Manifestasi Klinik Artritis Pirai ( Gout )
Tanda dan gejala arthritis gout secara umum adalah sebagai berikut:
a.       Nyeri hebat yang tiba-tiba menyerang sendi pada saat tengah malam, biasanya pada ibu jari kaki ( sendi metatarsofalangeal pertama ) atau jari kaki ( sendi tarsal )
b.      Jumlah sendi yang meradang kurang dari empat ( oligoartritis ) dan serangannya pada satu sisi ( unilateral )
c.       Kulit berwarna kemerahan, terasa panas, bengkak, dan sangat nyeri
d.      Pembengkakan sendi umumnya terjadi secara asimetris ( satu sisi tubuh )
e.       Demam, dengan suhu tubuh 38,30C atau lebih, tidak menurun lebih dari tiga hari walau telah dilakukan perawatan
f.       Ruam kulit, sakit tenggorokan, lidah berwarna merah atau gusi berdarah
g.      Bengkak pada kaki dan peningkatan berat badan yang tiba-tiba
h.      Diare atau muntah. ( VitaHealth, 2007 )

2.10Komplikasi Pasien dengan Artritis Pirai ( Gout )
Komplikasi yang muncul akibat arthritis pirai antara lain:
a.    Gout kronik bertophus
Merupakan serangan gout yang disertai benjolan-benjolan (tofi) di sekitar sendi yang sering meradang. Tofi adalah timbunan kristal monosodium urat di sekitar persendian seperti di tulang rawan sendi, sinovial, bursa atau tendon. Tofi bisa juga ditemukan di jaringan lunak dan otot jantung, katub mitral jantung, retina mata, pangkal tenggorokan.
b.    Nefropati gout kronik
Penyakit tersering yang ditimbulkan karena hiperurisemia. terjadi akibat dari pengendapan kristal asam urat dalam tubulus ginjal. Pada jaringan ginjal bisa terbentuk mikrotofi yang menyumbat dan merusak glomerulus.
c.    Nefrolitiasi asam urat (batu ginjal)
Terjadi pembentukan massa keras seperti batu di dalam ginjal, bisa menyebabkan nyeri, pendarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Air kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu seperti kalsium, asam urat, sistin dan mineral struvit (campuran magnesium, ammonium, fosfat).
d.      Persendian menjadi rusak hingga menyebabkan pincang
e.       Peradangan tulang, kerusakan ligament dan tendon
f.       Batu ginjal ( kencing batu ) serta gagal ginjal ( Emir Afif, 2010 )

BAB III
MANAJEMEN KLIEN DENGAN GOUT

3.1    Penatalaksanaan Medis
Pengobatan dilakukan secara dini agar tidak terjadi kerusakan sendi atau komplikasi lain misalnya pada ginjal. Pengobatan arthritis gout akan bertujuan menghilangkan keluhan nyeri sendi dan peradangan dengan obat-obatan, antara lain:
a.    Kolkisin
1)      Indikasi : penyakit gout (spesifik)
2)      Mekanisme kerja : Menghambat migrasi granulosit ke tempat radang menyebabkan mediator berkurang dan selanjutnya mengurangi peradangan. Kolkisin juga menghambat pelepasan glikoprotein dari leukosit yang merupakan penyebab terjadinya nyeri dan radang sendi pada gout.
3)      Dosis : 0,5 – 0,6 mg tiap satu jam atau 1,2 mg sebagai dosis awal dan diikuti 0,5 – 0,6 mg tiap 2 jam sampai gejala penyakit hilang atau mulai timbul gejala saluran cerna, misalnya muntah dan diare. Dapat diberikan dosis maksimum sampai 7 – 8 mg tetapi tidak melebihi 7,5 mg dalam waktu 24 jam. Untuk profilaksis diberikan 0,5 – 1,0 mg sehari.
4)      Pemberian IV : 1-2 mg dilanjutkan dengan 0,5 mg tiap 12 – 24 jam dan tidak melebihi 4 mg dengan satu regimen pengobatan. Indikasi pemberian secara intravena :terjadi komplikasi saluran cerna, serangan akut pada pasca operatif, bila pemberian oral pasca akut tidak menunjukkan perubahan positif.
5)      Efek samping : muntah, mual, diare dan pengobatan harus dihentikan bila efek samping ini terjadi walaupun belum mencapai efek terapi. Bila terjadi ekstravasasi dapat menimbulkan peradangan dan nekrosis kulit dan jaringan lemak. Pada keracunan kolkisin yang berat terjadi koagulasi intravascular diseminata.
b.    Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)
1)      Indometasin
a)      Indikasi : penyakit arthritis reumatid, gout, dan sejenisnya.
b)      Mekanisme kerja : efektif dalam pengobatan penyakit arthritis reumatid dan sejenisnya karena memiliki efek anti-inflamasi dan analgesik-antipiretik yang sebanding dengan aspirin. Indometasin dapat menghambat motilitas leukosit polimorfonuklear (PMN). Absorpsi indometasi cukup baik dengan pemberian oral dengan 92 – 99% terikat pada protein plasma. Metabolismenya terjadi di hati dan diekskresi dalam bentuk asal maupun metabolit lewat urin dan hempedu. Waktu parah plasma kira-kira 2 – 4 jam.
c)      Dosis : 2 – 4 kali 25 mg sehari
d)     Kontra indikasi : anak, wanita hamil, pasien gangguan psikiatri, pasien dengan penyakit lambung
e)      Efek samping : amat toksik sehingga dapat menyebabkan nyeri abdomen, diare, pendarahan lambung, pancreatitis, sakit kepala yang hebat disertai pusing, depresi, rasa bingung, halusinasi, psikosis, agranulositosis, anemia aplastik, trombositopena, hiperkalemia, alergi
2)      Fenilbutazon
a)      Dosis : bergantung pada beratnya serangan. Pada serangan berat : 3 x 200 mg selama 24 jam pertama, kemudian dosis dikurangi menjadi 500 mg sehari pada hari kedua, 400 mg pada hari ketiga, selanjutnya 100 mg sehari sampai sembuh.Pemberian secara suntikan adalah 600 mg dosis tunggal. Pemberian secara ini biasanya untuk penderita dioperasi.
3)      Kortikosteroid
a)      Indikasi : penderita dengan arthritis gout yang recurrent, bila tidak ada perbaikan dengan obat-obat lain, dan pada penderita intoleran terhadap obat lain.
b)      Dosis : 0,5 mg pada pemberian intramuscular. Pada kasus resisten, dosis dinaikkan antara 0,75 – 1,0 mg dan kemudian diturunkkan secara bertahap samapi 0,1 mg. Efek obat jelas tampak dalam 3 hari pengobatan.
c.   Golongan urikosurik; untuk menurunkan kadar asam urat
1)      Allopurinol
a)      Penggunaan jangka panjang dapat mengurangi frekuensi serangan, menghambat pembentukan tofi, memobilisasi asam urat dan mengurangi besarnya tofi. Dapat juga digunakan untuk pengobatan pirai sekunder akibat polisitemia vera, metaplasia myeloid, leukemia, limfoma, psoriasis, hiperurisemia akibat obat dan radiasi.
b)      Mekanisme kerja : menghambat xantin oksidase agar hipoxantin tidak dikonversi menjadi xantin dan selanjutnya menjadi asam urat. Mengalami biotransformasi oleh enzim xantin oksidase menjadi aloxantin yang mempunyai masa paruh yang lebih panjang.
c)      Efek allopurinol dilawan oleh salisilat, berkurang pada insufficient ginjal, dan tidak menyebabkan batu ginjal.
d)     Dosis :
Ø pirai ringan : 200 – 400 mg sehari
Ø pirai berat : 400 – 600 mg sehari
Ø Pasien dengan gangguan fungsi ginjal : 100 – 200 mg sehari
Ø Anak (6 – 10 tahun) : 300 mg sehari
2)      Probenesid
a)      Indikasi : penyakit gout stadium menahun, hiperurisemia sekunder
b)      Mekanisme kerja : mencegah dan mengurangi kerusakan sendi serta pembentukan tofi pada penyakit gout, tidak efektif untuk mengatasi serangan akut. Probenasid tidak efektif bila laju filtrasi glomerulus.
c)      Dosis : 2 x 250 mg/hari selama seminggu diikuti dengan 2 x 500 mg/hari.
d)     Kontra indikasi : adanya riwayat batu ginjal, penderita dengan jumlah urin yang berkurang, hipersensitivitas terhadap probenesid.
e)      Efek samping : gangguan saluran cerna yang lebih ringan, nyeri kepala, reaksi alergi.
3)      Sulfipirazon
a)      Mekanisme kerja : mencegah dan mengurangi kelainan sendi dan tofi pada penyakit pirai kronik, berdasarkan hambatan reabsorpsi tubular asam urat. Kurang efektif untuk menurunkan asam urat dan tidak efektif untuk mengatasi serangan pirai akut, meningkatkan frekuensi serangan pada fase akut.
b)      Dosis : 2 x 100 – 200 mg sehari, ditingkatkan sampai 400 – 800 mg kemudian dikurangi sampai dosis efektif minimal
c)      Kontra indikasi : pasien dengan riwayat ulkus peptic
d)     Efek samping : gangguan cerna yang berat, anemia, leukopenia, agranulositosis (Emir Afif, 2010 )

3.2    Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang digunakan pada kasus gout antara lain:
a.       Pemeriksaan Radiologi
1)      Foto Konvensional (X-Ray)
a)      ditemukan pembengkakan jaringan lunak dengan kalsifikasi (tophus) berbentuk seperti topi terutama di sekitar sendi ibu jari kaki.
b)      tampak pembengkakan sendi yang asimetris dan kista arthritis erosif.
c)      peradangan dan efusi sendi.
b.      Pemeriksaan laboratorium
1)   Asam Urat (Serum)
a)      dijalankan untuk memantau asam urat serum selama pengobatan gout.
b)      3-5 ml darah vena dikumpulkan dalam tabung tabung berpenutup merah. Diusahakan supaya tidak terjadi hemolisis.
c)      elakkan dari memakan makanan tinggi purin seperti jeroan (hati, ginjal, otak, jantung), remis, sarden selama 34 jam sebelum uji dilakukan.
d)      nilai normal : Pria Dewasa : 3,5 – 8,0 mg/dL, Perempuan Dewasa : 2,8 – 6,8 mg/dL
e)      peningkatan kadar asam urat serum sering terjadi pada kasus gout, alkoholisme, leukimia, limfoma, diabetes mellitus (berat), gagal jantung kongestif, stress, gagal ginjal, pengaruh obat : asam askorbat, diuretic, tiazid, levodopa, furosemid, fenotiazin, 6-merkaptopurin, teofilin, salisilat.
2)   Asam Urat (Urine 24 jam)
a)      Untuk mendeteksi dan/atau mengonformasi diagnosis gout atau penyakit ginjal.
b)      sampel urine 24 jam ditampung dalam wadah besar, ditambahkan pengawet dan didinginkan.
c)      pengambilan diet makanan yang mengandung purin ditangguhkan selama penampungan.
d)     tidak terdapat pembatasan minuman.
e)      nilai normal :250 – 750 mg/24 jam
f)       Peningkatan terjadi pada kasus gout, diet tinggi purin, leukemia, sindrom Fanconi, terapi sinar–X, penyakit demam, hepattis virus, pengaruh obat: kortikosteroid, agens sitotoksik (pengobatan kanker), probenesid (Benemid), salisilat (dosis tinggi).
g)      Kadar pH urine diperiksa jika terdapet hiperuremia. Batu urat terjadi pada pH urine rendah (asam).
c.       Pemeriksaan cairan sendi
1)      Tes makroskopik
a)      Warna dan kejernihan
Ø Normal : tidak berwarna dan jernih
Ø Seperti susu : gout
Ø Kuning keruh : inflamasi spesifik dan nonspesifik karena leukositosis
Ø Kuning jernih : arthritis reumatoid ringan, osteo arthritis
b)      Bekuan
Ø Normal : tidak ada bekuan
Ø Jika terdapat bekuan menunjukkan adanya peradangan. Makin besar bekuan makin berat peradangan
c)      Viskositas
Ø Normal : viskositas tinggi (panjangnya tanpa pututs 4-6 cm)
Ø Menurun (kurang dari 4 cm : inflamatorik akut dan septik)
Ø Bervariasi : hemoragik
d)     Tes mucin
Ø Normal : terlihat stu bekuan kenyal dalam cairan jernih
Ø Mucin sedang : bekuan kurang kuat dan tidak ada batas tegas : rheumatoid arthritis
Ø Mucin jelek : bekuan berkeping-keping : infeksi
2)      Tes mikroskopik
a)      Jumlah leukosit
Ø Jumlah normal leukosit : kurang 200/mm3
Ø 200 – 500/mm→ penyakit non inflamatorik
Ø 2000 – 100 000/mm→ penyakit inflamatorik akut. Contoh : arthritis gout, arthritis reumatoid
Ø 20 000 – 200 000/mm→ kelompok septik (infeksi). Contoh : arthritis TB, arthritis gonore
Ø 200 – 1000/mm→ kelompok hemoragik
b)      Hitung jenis sel
Ø Jumlah normal neutrofil : kurang dari 25%
Ø Jumlah neutrofil pada akut inflamatorik: Arthritis gout akut : rata-rata 83%
Ø Faktor rematoid : rata-rata 46%, Artrhritis rematoid : rata-rata 65%
c)      Kristal-kristal
Ø Normal : tidak ditemukan kristal dalam cairan sendi
Ø Arthritis gout : ditemukan kristal monosodium urat (MSU) berbentuk jarum memiliki sifat birefringen ketika disinari cahaya polarisasi
Ø Arthritis rematoid : ditemukan kristal kolestrol
d.      Tes kimia
1)      Tes glukosa
Ø Normal : perbedaan antara glukosa serum dan cairan sendi adalah kurang dari 10mg%
Ø Pada kelompok inflammatorik : Arthritis gout : perbedaan rata-rata 12 mg%
Ø Faktor rematoid : perbedaan 6 mg%
2)      Laktat Dehidrogenase
Ø Normal : 100 – 190 IU/l, 70 – 250 U/l
Ø Meningkat : rematoid arthritis, gout, arthritis karena infeksi
3)      Tes mikrobiologi
Ø untuk kelainan sendi yang disebabkan infeksi
Ø hasil negatif pada kultur bakteri cairan sendi  (  Joyce LeFever, 2008 )

3.3    Penatalaksanaan Keperawatan Penunjang Medis
a.       Memberikan kompres hangat pada pasien yang mengalami serangan arthritis gout
b.      Melaksanakan dan mengajarkan teknik managemen nyeri non farmakologis dengan nafas dalam dan distraksi ( pengalihan )
c.    Menjelaskan dan memantau pembatasan gerak dan aktivitas fisik berat bagi pasien agar radang sendi tidak bertambah kronik.

3.4    Manajemen Diet
Tujuan utama diet adalah menurunkan kadar asam urat darah dan juga agar berat badan tidak melebihi ukuran ideal yang disarankan. Diet yang dianjurkan bagi penderita arthritis gout antara lain:
a.       Menghindari makanan berlemak kaya purin tinggi
1)   Purin Tinggi (100 – 1000 mg purin dalam 100 gr bahan ) sebaiknya dihindari : otak, hati, ginjal, jeroan, ekstrak daging, bebek, ikan sardin, makarel dan  kerang.
2)   Purin sedang (900 – 100 mg purin dalam 100 gr bahan ) sebaiknya dibatasi : daging, ikan, unggas, ayam, udang, kepiting atau rajungan, tahu, tempe, kacang kering, bayam, asparagus, daun singkong, kangkung, daun dan biji mlinjo
3)   Purin rendah ( dibawah 50 mg purin dalam 100 gr bahan ) sebaiknya dibatasi: gula, telur, dan susu.
b.      Perbanyak minum air, 8 sampai 10 gelas setiap hari untuk memperlancar pembuangan asam urat melalui ginjal. Hindari minuman yang mengandung alkohol, kopi, bir karena banyak mengandung senyawa purin yang dapat memperberat fungsi ginjal.
c.       Perbanyak konsumsi makanan yang mengandung asam lemak omega-3 dan omega-6, misalnya flax seed oil dan minyak ikan ( fish oil ), yang dapat mengurangi radang dan mencegah serangan berikutnya.
d.      Konsumsi buah-buahan dan sayuran yang berfungsi menurunkan tingkat keasaman tubuh, sehingga baik untuk mencegah peningkatan kadar asam urat. Buah yang mengandung vitamin C dan bioflavonoid dapat mencegah radang, seperti: jeruk, stroberi, tomat, paprika hijau dan sayuran berdaun hijau, terutama buah ceri yang merupakan nutrisi penyembuh dan pengurang kadar asam urat. Selain itu konsumsi sayuran seperti: wortel, bayam, piterseli, seledri juga dapat menurunkan kadar asam urat. ( VitaHealth, 2007 )

Semoga BERMANfaat